Biografi Biodata dan Profil Sri Mulyani.
 Blog tempatnya mengenal Tokoh dan Orang terkenal Di dunia. untuk 
menambah Ilmu pengetahuan kita juga memotivasi diri untuk mengambil sisi
 Positive dari seorang Tokoh dunia Biografi Biodata Sri Mulyani siapakan dia dan apakah peran nya untuk bangsa Indonesia berikut untuk anda yang mungkin bisa untuk lebih mengenal sri mulyani.
Biografi Sri Mulyani
Tiga
  jabatan menteri yang disandangnya itu baru pertama kali dipimpin  
perempuan. Mulai dari Menteri Negara Perencanaan Pembangunan  
Nasional/Kepala Bappenas, Menteri Keuangan dan Plt Menko Perekonomian  
Kabinet Indonesia Bersatu.
Presiden menunjuknya sebagai  
pelaksana tugas Menteri Koordinator Perekonomian menggantikan Boediono  
yang terpilih menjadi Gubernur Bank Indonesia. Dia merangkap
jabatan Menteri Keuangan.
Setahun setelah menjabat Menteri
  Negara PPN/Kepala Bappenas Kabinet Indonesia Bersatu, mantan Executive
  Director IMF ini dipercaya menjabat Menteri Keuangan menggantikan 
Yusuf  Anwar dalam reshuffle KIB yang diumumkan 5 Desember dan dilantik 7
  Desember 2005.
Sebelumnya, berkali-kali  
diisukan akan menjadi menteri, ternyata ia malah go international. Namun
  setelah menjadi konsultan di USAid, kemudian Executive Director IMF,  
dia pun dipercaya Presiden Yudhoyono menjabat Menteri Perencanaan  
Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Kabinet Indonesia Bersatu.
Seusai serah terima jabatan dari
  menteri sebelumnya, Kwik Kian Gie, di Gedung Bappenas, Jakarta, Kamis 
 (21/10/2004), Sri Mulyani menjawab wartawan perihal dirinya yang pernah
  bekerja pada Dana Moneter Internasional (IMF), lembaga yang banyak  
dikecam masyarakat, menjamin tidak akan ada intervensi dari IMF terhadap
  kebijakan ekonomi Indonesia.
"Saya ini kan seorang, IMF itu  
3.000 orang. Tidak bisa satu orang membawa kebijakan IMF. Saya juga  
seorang dari 34 menteri yang diangkat dalam Kabinet Indonesia Bersatu.  
Jadi, programnya saya rasa bukan atas selera pribadi atau satu lembaga, 
 tapi keputusan bersama," katanya.
Dia menegaskan hanya ingin  
bekerja, menunjukkan fungsi Bappenas sebagai wadah konsolidasi dan  
konsultasi seluruh jajaran kabinet untuk merencanakan kebijakan  
pembangunan. Setelah diangkat menjadi menteri, Sri Mulyani akan  
meninggalkan jabatannya sebagai Direktur Eksekutif IMF untuk Asia  
Pasifik.
Mengenai
 program dalam waktu  dekat, Sri belum bisa mengatakannya sekarang 
karena harus berkonsultasi  dengan departemen teknis dan berbagai pihak 
lainnya.
Menurutnya, ada tiga faktor  
penggerak pertumbuhan ekonomi, yaitu fiskal, konsumsi, dan investasi.  
Jika mengandalkan fiskal, tampaknya berat karena utang pemerintah masih 
 besar. Selain itu, adanya alokasi subsidi yang besar juga membuat ruang
  gerak mendorong pertumbuhan menjadi terbatas.
Dia menegaskan, investasi mutlak
  dibutuhkan Indonesia saat ini untuk menyokong pertumbuhan ekonomi.  
Indonesia tidak bisa lagi mengharapkan tingkat konsumsi dan kebijakan  
fiskal sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi.
"Untuk mendorong peningkatan  
investasi, perlu adanya perbaikan iklim investasi dan infrastruktur yang
  memadai. Itu perlu dilakukan jika pemerintah ingin mencapai 
pertumbuhan  ekonomi yang tinggi," kata Sri Mulyani,
Di sisi lain, pemerintah tidak  
mungkin terus-menerus menggantungkan pertumbuhan ekonomi pada konsumsi. 
 Jadi, katanya, untuk memacu pertumbuhan dengan cara menggerakkan sektor
  riil dan investasi diperlukan suatu iklim investasi yang baik. "Agar 
itu  bisa berlangsung lama, diperlukan stabilitas makro ekonomi," ujar 
Sri  Mulyani.
Mendunia, Sang Ekonom Primadona
Sebelum diangkat menjabat  
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Kabinet  
Indonesia Bersatu, dia hijrah ke Atlanta, Georgia, Amerika Serikat (AS),
  sebagai konsultan di USAid sejak Agustus 2001. Kemudian, terpilih  
menjadi Executive Director Dana Moneter Internasional (IMF) mewakili 12 
 negara  Asia Tenggara (South East Asia/SEA Group). Dia perempuan 
pertama  dari Indonesia menduduki posisi itu.
Sri Mulyani Indrawati atau akrab
  dipanggil Mbak Ani, adalah ekonom yang cantik, luwes, cerdas dan  
populer. Sejak paruh kedua dekade 1990-an namanya bisa disejajarkan  
dengan para selebriti dunia hiburan, akibat seringnya tampil di  
panggung-panggung seminar atau dikutip di berbagai media massa.
Komentar dan analisisnya kritis,
  lugas, jernih dan populer. Ia primadona panggung seminar dan talk show
  di televisi kala itu. Selain sering muncul di seminar-seminar, dosen  
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FE-UI) ini juga sempat aktif  
menjadi penasihat pemerintah bersama sejumlah ekonom terkemuka lain  
dalam wadah Dewan Ekonomi Nasional (DEN) pada era pemerintahan  
Abdurrahman Wahid.
Setelah Megawati menjadi  
presiden, dia disebut-sebut cukup dekat dengan Megawati dan sempat  
menyertai Megawati dalam sejumlah acara. Bahkan sempat diisukan akan  
ditunjuk menduduki salah satu posisi penting di kabinet. Namun, mendadak
  sejak Agustus 2001, namanya menghilang dari peredaran di dalam negeri.
Apa pasal? Rupanya anak binaan  
kesayangan Prof Widjojo Nitisastro yang lama memimpin Lembaga  
Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi UI ini,  
sejak tanggal 10 Agustus 2001, sudah hijrah ke Atlanta, Georgia, Amerika
  Serikat (AS).
Menurut pengakuannya, rencana  
pindah ke AS sudah lama, dalam rangka kerja sama dengan lembaga bantuan 
 milik Pemerintah AS, USAid dengan program otonomi daerah untuk 
perkuatan  institusi di daerah. Yaitu, memberikan beasiswa S-2 untuk 
pengajar di  universitas di daerah dari Aceh, Kaltim, Sulut, Papua dan 
Jawa.  Programnya di Amerika memang tadinya hanya untuk satu tahun, 
tetapi  diperpanjang dua tahun karena tenaganya masih diperlukan untuk  
konsultasi pengelolaan program USAid dalam bidang desentralisasi.
Di sana, ibu Dewinta Illinia  
(13), Adwin Haryo Indrawan (10), dan Luqman Indra Pambudi (6) dari  
perkawinan dengan Tonny Sumartono ini, banyak memberikan saran dan  
nasihat mengenai bagaimana mendesain program S-2 untuk perkuatan  
universitas di daerah maupun program USAid lainnya di Indonesia,  
terutama di bidang ekonomi. Di samping itu, ia juga mengajar tentang  
perekonomian Indonesia dan ekonomi makro di Georgia University serta  
banyak melakukan riset dan menulis buku. Bukunya belum selesai. Topiknya
  tentang Krisis Ekonomi dan Implikasi pada Pengelolaan Utang Publik.
Seperti halnya di Indonesia, di 
 Amerika ia juga sering mengikuti seminar, tetapi lebih banyak masalah  
internasional daripada di Indonesia. Sangat banyak yang mengundangnya  
untuk seminar, seperti dari USINDO, USAid, University of California San 
 Diego, IMF, World Bank Asia Pacific Department, University of Columbia,
  Negara Belanda, Minister of Planning, dan sebagainya. Lupa, saking  
banyaknya.
Topiknya pun bervariasi, dari  
economic up date, desentralisasi dan otonomi, institutional reform,  
program IMF, governance dan antikorupsi, masalah konflik di Indonesia  
dan dunia, dan lain-lain.
Tentang filosofi hidup, ia  
mengatakan hidup hanya sementara. Maka kalau bisa ia hanya ingin  
melakukan yang terbaik dan memberikan yang terbaik kepada bangsa,  
negara, agama dan keluarga. Serta ingin menikmati hidup bahagia, damai  
dengan diri sendiri dan sekitarnya.
Dalam rangka menikmati hidup  
berguna dan bahagia ini pula, ia getol pula mempelajari psikologi. Ia  
mengaku sudah sangat lama tertarik pada psikologi. Bahkan dulu ingin  
masuk fakultas psikologi daripada fakultas ekonomi, karena senang  
mempelajari tingkah laku dan sifat manusia. Ia senang psikologi karena  
bisa memahami secara lebih baik sifat dan karakternya sendiri maupun  
anak-anaknya. Sangat menyenangkan mempelajari bagaimana mereka  
berkembang dan berubah seiring dengan usia. So excited dan sangat  
menakjubkan. Sementara, menurutnya, ekonomi banyak bicara tentang  
tingkah laku pelaku ekonomi, seperti konsumen dan produsen, bahkan juga 
 pemerintah.
Kepribadiannya yang lugas dan  
cerdas, telah mengantarkannya kepada pergaulan yang sangat luas. Ia  
disenangi banyak orang di dalam dan luar negeri. Tak heran bila pada  
awal Oktober 2002 lalu ia terpilih menjadi Executive Director Dana  
Moneter Internasional (IMF) mewakili 12 negara di Asia Tenggara (South  
East Asia/SEA Group), menggantikan Dono Iskandar Djojosubroto. Dia  
menjadi perempuan pertama dari Indonesia menduduki posisi itu.
Posisi itu mungkin tak asing  
baginya karena sebagai ekonom selama ini ia banyak berurusan dengan IMF,
  kebijakan IMF, dan dekat dengan orang-orang IMF. Namun, kesan yang  
mungkin akan sulit dihindari adalah dengan jabatannya yang baru ini pula
  tampaknya ia menjadi tak leluasa lagi mengkritik keras kebijakan, baik
  pemerintah maupun IMF.
Sehubungan dengan jabatannya  
yang baru, penggemar warna hitam, putih, dan pastel, yang juga menjabat 
 komisaris independen di Unilever Indonesia dan Astra Internasional, ini
  harus pindah dari kawasan Dunwoody, Atlanta bagian utara, yang menjadi
  tempat tinggalnya setahun terakhir (2001-2002), ke Washington DC  
-sekitar 1,5 jam dengan pesawat dari Atlanta.
Sebab sejak 1 November 2002, ia 
 berkantor di lantai 13 gedung markas pusat IMF di 19th Street, NW,  
Washington DC, Maryland, dengan jabatan Executive Director IMF. Baginya,
  jabatan baru ini adalah tanggung jawab yang harus diemban untuk  
memenuhi harapan para pemilih dan pendukung, terutama publik.
Ia merupakan perempuan kedua  
pada posisi itu, setelah seorang perempuan dari Thailand pernah menjabat
  sebelum Dono Iskandar Djojosubroto. Namun yang jelas, jabatan itu  
sangat jarang dipegang oleh perempuan. Dari segi usia, ia tergolong  
paling muda menjabat Executive Director IMF itu. Ia akan menjabat untuk 
 masa dua tahun.
Penunjukannya juga di luar  
kebiasaan. Selama ini sudah ada semacam kesepakatan antara Bank  
Indonesia (BI) dan pemerintah bahwa jabatan itu merupakan hak BI.  
Sedangkan untuk perwakilan di Bank Dunia hak pemerintah. Tapi kali ini, 
 ia justru dicalonkan Menkeu. Rupanya BI berkenan melepaskan haknya 
untuk  mencari orang yang tepat dan paling baik untuk mewakili 
kepentingan  Indonesia di dunia internasional, terutama IMF.
“Pencalonan saya oleh Menkeu  
yang juga bekas Deputi Gubernur BI tentu sudah melalui konsultasi dan  
berbagai proses pendahuluan yang mungkin dianggap terbaik untuk  
kepentingan Indonesia secara keseluruhan dan bukan kepentingan satu-satu
  institusi, apalagi kepentingan perseorangan,” kata lulusan doctor  
ekonomi dari University of lllinois Urbana-Champaign, U.S.A (1990–1992) 
 ini.
Ia mengemban tugas mewakili 12  
negara anggota SEA Group di IMF. Tugasnya sebagai executive director  
terkait dengan pengambilan keputusan (to execute). Untuk menentukan  
berbagai program dan keputusan (action) yang harus diambil IMF. Jadi ia 
 tidak hanya mewakili kepentingan Indonesia. Namun mewakili kepentingan 
 negara-negara anggota di lembaga IMF maupun forum internasional yang  
relevan. Posisi executive director memberinya kekuasaan penuh untuk  
bicara dan menyuarakan pemikiran, pertimbangan, maupun keprihatinan  
negara-negara di kawasan Asia Tenggara, yang kebanyakan masih dalam  
kondisi berkembang dan miskin.
Dengan demikian ia juga  
mempunyai kewenangan untuk melihat dan mengevaluasi, baik kondisi  
perekonomian Indonesia maupun cara operasi dan prioritas program IMF di 
 dunia. Serta mempunyai banyak kesempatan untuk ikut memperbaiki  
orientasi program IMF di banyak negara maupun mengatasi dan ikut  
menyelesaikan masalah global, terutama yang berhubungan dengan  
arsitektur keuangan dunia, governance, serta berbagai perkembangan dan  
pembangunan institusi yang diperlukan negara yang ingin bergabung dalam 
 sistem global yang penuh risiko dan ketidakpastian.
Dengan jabatan barunya, ia  
terpaksa meninggalkan pekerjaan mengajar dan berbagai tugas lainnya  
termasuk di perusahaan swasta sebagai komisaris. Karena posisi executive
  director di IMF adalah pekerjaan full time dan tidak boleh memiliki  
keterikatan lain yang bisa menimbulkan konflik kepentingan.
Banyak orang merasa yakin, bahwa
  ia akan dapat menjalankan tugasnya dengan baik di IMF. Sebab selama 
ini  ia dikenal sangat dekat dengan orang-orang IMF. Namun terlepas dari
  soal kedekatan secara pribadi itu, menurutnya yang lebih penting 
adalah  kedekatan institusi. Menurutnya, institusi IMF memiliki 
pendekatan cukup  baku dengan pemerintahan yang menjalankan programnya. 
“Bahwa hubungan  pribadi bisa menolong atau membebani program, secara 
resmi saya rasa ada  standar dan acuan yang baku dalam menilai, 
mengevaluasi dan menentukan  sikap IMF terhadap negara penerima bantuan 
program,” katanya.
Mengenai adanya pandangan  
negatif yang timbul dan tenggelam di Tanah Air berkaitan dengan  
keberadaan dan peran IMF di Indonesia, ia mengatakan, “Sebatas pandangan
  untuk mencerdaskan bangsa kita dan mendidik bangsa kita dalam  
menentukan sikap, saya rasa wajar dan sehat. Yang tidak sehat kalau  
pandangan ini berimplikasi pada pandangan dunia internasional terhadap  
komitmen dan kesungguhan pemerintah dalam menerima dan melakukan  
reformasi ekonomi.”
Sementara tanggapannya terhadap 
 teori atau evaluasi mantan ekonom Bank Dunia Joseph Stiglitz tentang  
krisis Asia dan resep IMF yang dinilai memperparah krisis, seperti  
terjadi di Indonesia melalui penutupan 16 bank tahun 1998, ia  
menyarankan lebih baik membaca laporan Independent Evaluation Office  
serta perlu melakukan refleksi balik terhadap keputusan yang diambil  
saat krisis mulai terjadi tahun 1997-1998.
Menurutnya, kita tidak boleh  
melupakan seberapa kemungkinan dan keleluasaan yang dihadapi pemerintah 
 maupun IMF dalam mendesain dan menentukan program. Kebijakan kontraktif
  fiskal yang disarankan IMF pada masa krisis dilandasi pemikiran bahwa 
 pemerintah dalam kondisi memburuk, baik secara politik maupun secara  
fiskal, sehingga respons yang harus dilakukan adalah melakukan  
penghematan.
Tentu ini akan berakibat pada  
kontraksi ekonomi yang mungkin memperburuk baik lapisan berduit maupun  
kelompok miskin. Dengan pertimbangan ini, diperlukan kebijakan  
komplementer untuk melindungi kelompok miskin dan paling rapuh agar  
tidak mengalami pemburukan sepanjang krisis.
Namun, ekspansi fiskal jelas  
bukan tanpa batas. Maka, kalau dilihat setelah diperbolehkan ekspansi  
fiskal yang terukur, Indonesia harus kembali mulai mengetatkan fiskalnya
  untuk memperbaiki kesinambungan kondisi anggaran pemerintah.
Ia melihat pendapat Stiglitz dan
  IMF akhirnya akan bermuara pada kapan waktu yang tepat untuk melakukan
  kebijakan makro, fiskal dan moneter, yang sesuai dengan kondisi dan  
persoalan yang dihadapi suatu perekonomian.
Perihal
  rencana Indonesia menghentikan kontrak dengan IMF akhir 2003, ia  
mengatakan semua negara ingin segera terlepas dari program IMF, karena  
itu berarti negara itu sudah sehat dan mampu berjalan mandiri dan mampu 
 mendapatkan kepercayaan internasional dalam pengelolaan ekonominya.
Kedaulatan negara dalam  
pengelolaan ekonomi bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan dan  
kemakmuran bangsa yang harus diraih dengan kerja keras, disiplin tinggi,
  komitmen dan tanggung jawab yang terbukti dan teruji dalam proses 
waktu  dan dalam berbagai episode, berbagai kesempatan dan kejadian.
Secara
  teknis, ekonomi bisa dilihat dan dihitung dari kondisi fiskal, neraca 
 pembayaran dan moneter untuk menentukan apakah keputusan memutuskan  
program IMF tahun 2003 memang baik dan tepat bagi Indonesia.
Namun, katanya, bila keputusan  
itu sudah dilakukan secara politik dan tidak melalui proses kalkulasi  
teknis yang teliti dan hati-hati, artinya Indonesia harus kerja ekstra  
keras untuk bisa menghindari situasi yang tidak baik pada tahun 2003.
Artinya mulai sekarang  
pemerintah, DPR, dan lembaga yudikatif harus kerja keras agar tahun 2003
  kondisi fundamental kita memang makin kuat dan membaik sehingga  
keputusan politik itu bisa terjadi dan terealisir tanpa menimbulkan  
risiko bagi rakyat.  
Nama: Dr. Sri Mulyani Indrawati
Lahir: Tanjung Karang, 26 Agustus 1962
Agama: Islam
Jabatan:
- Plt menko Perekonomian KIB, Juni 2008-2009
- Menteri Keuangan KIB, Desember 2005-2009
-Menneg PPB/Kepala Bappenas, Oktober 2004-Desember 2005
Suami:Tonny Sumartono
Anak:
Dewinta Illinia, Adwin Haryo Indrawan, dan Luqman Indra Pambudi
Pendidikan:
1981 – 1986 Universitas Indonesia Jakarta, Indonesia Sarjana Ekonomi
1988 – 1990 University of lllinois Urbana Champaign, U.S.A Master of Science of Policy Economics
1990 – 1992 University of lllinois Urbana-Champaign, U.S.A Ph. D of Economics
Spesialisasi Penelitian
• Ekonomi Makro
• Ekonomi Keuangan Negara/Publk
• Ekonomi Moneter dan Perbankan
• Ekonomi Tenaga Kerja
Jabatan Utama:
 - Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Kabinet Indonesia Bersatu
- Executive Director IMF mewakili 12 negara  Asia Tenggara (2002-2004).
- Konsultan USAid di Atlanta, Georgia, Amerika Serikat (2001-2002)
- Dewan Ekonomi Nasional (1999-2001)
Pengalaman Kerja
• Kepala Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (LPEM FEUI), Juni 1998 – Sekarang
• Nara Sumber Sub Tim Perubahan UU Perbankan, Tim Reformasi Hukum – Departemen Kehakiman RI, Agustus 1998 s/d Maret 1999.
•
  Tim Penyelenggara Konsultan Ahli Badan Pembinaan Hukum Nasional Tahun 
 1999 – 2000, Kelompok Kerja Bidang Hukum Bisnis, Menteri Kehakiman  
Republik Indonesia, 15 Mei 1999 – Sekarang
• Anggota Tim Asistensi Menteri Keuangan Bidang Keuangan dan Moneter, Departemen Keuangan RI, Juni 1998 s/d sekarang.
•
  Dewan Juri Lomba Karya Ilmiah Remaja LIPI-TVRI XXXI, Bidang Ilmu  
Pengetahuan Sosial, Kebudayaan dan Kemanusiaan, terhitung 1 April 1999 -
  Sekarang
• Redaktur Ahli Majalah bulanan Manajemen Usahawan Indonesia, Agustus 1998 – Sekarang
•
  Anggota Komisi Pembimbing mahasiswa S3 atas nama Sdr. Andrianto 
Widjaya  NRP. 95507 Program Doktor (S3) Program Studi Ilmu Ekonomi 
Pertanian,  Institute Pertanian Bogor, Juni 1998
•
  Ketua I Bidang Kebijakan Ekonomi Dalam dan Luar Negeri serta  
Kebijaksanaan Pembangunan, PP Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI),  
1996 – 2000
• Kepala Program Magister Perencanaan Kebijakan Publik-UI, 1996-Maret 1999
• Wakil Kepala Bidang Penelitian LPEM FEUI, Mei 1995 – Juni 1998
• Wakil Kepala Bidang Pendidikan dan Latihan LPEM FEUI, 1993 – Mei 1995
• Research Associate, LPEM FEUI, 1992 – Sekarang
• Pengajar Program S1 & Program Extension FEUI, S2, S3, Magister Manajemen Universitas Indonesia, 1986 – Sekarang
• Anggota Kelompok Kerja – GATS Departemen Keuangan, RI 1995
• Anggota Kelompak Kerja Mobilitas Penduduk Menteri Negara Kependudukan – BKKBN, 1995
• Anggota Kelompok Kerja Mobilitas Penduduk, Asisten IV Menteri Negara Kependudukan, BKKBN, Mei – Desember 1995
• Staf Ahli Bidang Analisis Kebijaksanaan OTO-BAPPENAS, 1994 – 1995
• Asisten Profesor, University of lllinois at Urbana, Champaign, USA, 1990 – 1992
• Asisten Pengajar Fakultas Ekonomi – Universitas Indonesia, 1985 – 1986
Kegiatan Penelitian
• Rsearch Demand for Housing, World Bank Project, 1986
• Kompetisi Perbankan di Jakarta/Indonesia, BNI 1946, 1987
• Study on Effects on Long-term Overseas Training on Indonesia Participant Trainees. OTO Bappenas – LPEM FEUI, 1998
• Penyusunan Study Dampak Ekonomi Sosial Kehutanan Indonesia . Departemen Kehutanan – LPEM FEUI, 1992
• Survei Pemasaran Pelumas Otomotif Indonesia. Pertamina – LPEM FEUI, 1993
•
  The Prospect of Automotive Market and Factors Affecting Consumer  
Behavior on Purchasing Car. PT. Toyota Astra – LPEM FEUI, 1994
•
  Inflasi di Indonesia : Fenomena Sisi Penawaran atau Permintaan atau  
keduanya. Kantor Menko Ekuwasbang – Bulog – LPEM FEUI, 1994
• Restrukturisasi Anggaran Daerah. Departemen Dalam Negeri – LPEM FEUI, 1995
• The Evaluation of Degree and non degree training – OTO Bappenas, 1995
• Fiscal Reform in Indonesia : History and Perspective, 1995
• Potensi Tabungan Pelajar DKI Jakarta. Bank Indonesia – LPEM FEUI, 1995
•
  Studi Rencana Kerja untuk Pelaksanaan Kegiatan Penyusunan Rencana 
Induk  Pengembangan Pariwisata Nasional, Departemen Pariwisata, Pos 
&  Telekomunikasi – LPEM FEUI, 1996
• Interregional Input-Output (JICA Stage III), 1996
• Studi Kesiapan Industri Dalam Negeri Memasuki Era Perdagangan Bebas, Departemen Perindustrian dan Perdagangan, LPEM FEUI, 1997
• Penyusunan Rancangan Repelita VII. Departemen Perindustrian dan Perdagangan , 1997
• Indonesia Economic Outlook 1998/1999. Indonesia Forum 1998
• Country Economic Review for Indonesia. Asian Development Bank, 1999
Publikasi al:
• Teori Moneter, Lembaga Penerbitan UI, 1986
•
  Measuring the Labour Supply effect of Income Taxation Using a Life  
Cycle Labour Supply Model : A Case of Indonesia (Disertasi), 1992
• "Prospek dan Masalah Ekspor Indonesia", Suara Pembaharuan, April 1993
• The Cohort Approach of a life Cycle Labour Supply, EKI, Desember 1993
• "Tantangan Ekspor non Migas Indonesia ", DPE 1994
•
  "Perkembangan Ekonomi Sumber Daya Manusia – Proceding " Seminar LP3Y –
  Jogya, Dalam Sumber Daya Manusia dalam Pembangunan, 1995
• "Dilema Hutang Luar Negeri dan PMA", Warta Ekonomi 26, 1995 
• "Ability to Pay minimum wage and Workers Condition in Indonesia", Seminar World Bank Seminar, April 1995.
• Workers in an integrating World, Discuss Panel World Development Report, 1995
• Mungkinkah Ekonomi Rakyat ? Diskusi Series Bali – Post – Ekonomi Rakyat, 25 November 1995
• "Tumbuh Tinggi dengan Uang Ketat", Warta Ekonomi , 5 Februari 1996
•
  Inpres 2/1996 dan Pembangunan Industri Nasional, Dialog Pembangunan  
CIDES, 28 Maret 1996"Kijang Tetap Jadi Pilihan", Jawa Pos, 29 Maret 1996
•
  Consistent Macroeconomic Development and its Limitation (Sri Mulyani  
dan Ari Kuncoro), Indonesia Economy Toward The Twenty First Century –  
IDE 1996
• "Pemerintah Versus Pasar", memperingati 70 Tahun, Prof. Widjojo Nitrisastro, Mei 1997
• "Liberalisasi Challenges", Seminar ASEAN/ISI-Keijai Koho Center, Tokyo, 8 Juli 1997
•
  "Economic Profile and Performance of ASEAN Countries" Konfrensi  
Federation of ASEAN Economic Association, Denpasar – Bali, 24-25 Oktober
  1997
• "Analisa Krisis Nilai Tukar dan Prospek Perekonomian Indonesia ke Depan", Seminar KBRI Singapura, 4 Desember 1997
• "Small Industry Profiles and Policies", Two Day Seminar USAID-LPEM, Aryaduta Hotel, 17-18 Desember 1997
• "Kesehatan Bank dan Lingkungan Makro Ekonomi", Dialog Bank Umum Nasional, 16 Januari 1998
• "Evaluasi Ekonomi 1997 dan Tantangan Ekonomi 1998", Seminar LIPI, 20 Januari 1998
• "Revisi RAPBN", Gatra, 24 Januari 1998
• "Krisis Ekonomi Indonesia dan Langkah Reformasi", Orasi Ilmiah Universitas Indonesia, Balairung UI, 7 February 1998.
• "APBN 1998/1999 dimasa Resesi dan Dimensi Revisi RAPBN 1998/1999", Diskusi HUT FKP DPR RI, 12 Februari 1998
• Forget CBS, Get Serious About Reform, Indonesia Business, April 1998
Alamat Kantor IMF:
Gedung Markas Pusat IMF Lantai 13 di 19th Street, NW, Washington DC, Maryland, USA
Alamat Kantor Menkeu:
Jl. Lapangan Banteng Timur 2-4, Jakarta Pusat
Telp: Sentral (021) 3449230
Fax: Sekjen (021) 3813324
Posted by , Published at 22.26 and have
            
0
komentar

 
 
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar