 Biografi Biodata dan Profil Hidayat Nur Wahid dan Didik J Rachbini pasangan
 cagub DKI jakarta untuk pilihan anda silahkan baca Biografi Hidayat Nur
 Wahid dan Didik J Rachbini dan lebih sedikit tahu siapa dia dan 
bagaimana perjalanan Hidupnya untuk bangsa negara Indonesia Tercinta 
Kita, saya ucapkan terima kasih semoga DKI jakarta mendapatkan Pemimpin 
yang Bisa mengatasi masalah masalah yang sudah lama di alami Ibu kota 
Kita yaitu Banjir mancat juga kemiskinan.
Biografi Biodata dan Profil Hidayat Nur Wahid dan Didik J Rachbini pasangan
 cagub DKI jakarta untuk pilihan anda silahkan baca Biografi Hidayat Nur
 Wahid dan Didik J Rachbini dan lebih sedikit tahu siapa dia dan 
bagaimana perjalanan Hidupnya untuk bangsa negara Indonesia Tercinta 
Kita, saya ucapkan terima kasih semoga DKI jakarta mendapatkan Pemimpin 
yang Bisa mengatasi masalah masalah yang sudah lama di alami Ibu kota 
Kita yaitu Banjir mancat juga kemiskinan.
Biodata Dr. HM. Hidayat Nur Wahid, MA
Hidayat
 Nur Wahid dilahirkan pada 8 April 1960 M, bertepatan dengan 9 Syawal 
1379 Hijriyah. Ia lahir di Dusun Kadipaten Lor, Desa Kebon Dalem Kidul, 
Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Propinsi Jawa Tengah. Anak sulung
 dari tujuh bersaudara ini berasal dari keluarga pemuka agama. Kakeknya 
dari pihak ibu adalah tokoh Muhammadiyah di Prambanan, sementara ayahnya
 H. Muhammad Syukri, meskipun berlatar Nahdhatul Ulama, juga merupakan 
pengurus Muhammadiyah. Ny. Siti Rahayu, ibunda Hidayat, adalah aktivis 
Aisyiyah, organisasi kewanitaan Muhammadiyah.
Ia
 (Hidayat Nur Wahid)politisi, ustad dan cendekiawan yang bergaya lembut 
serta menge-depankan moral dan dakwah. Lulusan IAIN Sunan Kalijogo, 
Yogyakarta dan Universitas Islam Madinah, Saudi Arabia ini mulai serius 
beraktivitas di Jakarta sebagai tenaga pengajar di UIN Syarif 
Hidayatullah, Universitas Muhammadiyah dan Universitas Islam Asy 
Syafiiyah. Rekan-rekan Hidayat yang semula membuat LSM, kemudian 
mendirikan partai. Tunduk pada keputusan musyawarah, Hidayat pun 
didaulat menjadi deklarator Partai Keadilan (PK).
Berawal
 di PK inilah Hidayat berkiprah di dunia politik yang terkenal kejam, 
penuh intrik dan secara salah kaprah dianggap sebagai dunia yang kotor 
dan menghalalkan segala cara. Namun, politik tidak mengubah prinsip 
hidup Hidayat yang dipegangnya sejak dari kecil. Hidayat bertekad 
menjadikan politik sebagai bagian dari solusi permasalahan bangsa. Bukan
 sebaliknya, menjadikan politik sebagai sumber masalah bagi bangsa.
Kiprah
 Hidayat di PK dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) terus menanjak. 
Bahkan, Hidayat pernah dua kali menjadi “Presiden”. Yakni, Presiden PK 
dan PKS. Hidayat juga menunjukkan prestasi yang luar biasa. Di bawah 
kepemimpinannya PKS telah berhasil meraih suara 7,3 persen ada Pemilu 
2004.
Hidayat
 seorang pembelajar yang cepat. Dia belajar dengan maksimal di mana saja
 saat mendapatkan amanah dan tugas. Termasuk ketika terpilih sebagai 
Ketua MPR periode 2004-2009. Hidayat mengaku, dahulu dia tak akrab 
dengan Undang-Undang Dasar. Tetapi kini UUD 1945 dihafalnya luar 
kepalanya. Ini karena Hidayat selalu berprinsip bagaimanapun amanah yang
 didapat, akan dia kerjakan dengan maksimal.
Dosen
 Pasca Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini tidak pernah 
bercita-cita jadi politisi. Namun setelah memasuki kegiatan politik 
praktis namanya melejit, bahkan dalam berbagai poling sebelum Pemilu 
2004 namanya berada di peringkat atas sebagai salah seorang calon 
Presiden atau Wakil Presiden. Namun dia mampu menahan diri, tidak 
bersedia dicalonkan dalam perebutan kursi presiden kendati PKS dengan 
perolehan suara 7 persen lebih dalam Pemilu Legislatif berhak mengajukan
 calon presiden dan calon wakil presiden. Dia menyatakan akan bersedia 
dicalonkan jika PKS memperoleh 20 persen suara Pemilu Legislatif.
Pada
 Pemilu Presiden putaran pertama PKS mendukung Capres-Cawapres Amien 
Rais-Siswono. Lalu karena Amien-Siswono tidak lolos ke putaran kedua, 
PKS mendukung Capres-Cawapres Susilo BY dan Jusuf Kalla dalam Pilpres 
putaran kedua. Dukungan PKS ini sangat signifikan menentukan kemenangan 
pasangan ini.
Kemudian
 partai-partai pendukung SBY-Kalla plus PPP (keluar dari Koalisi 
Kebangsaan) yang bergabung di legislatif dengan sebutan populer Koalisi 
Kerakyatan mencalonkannya menjadi Ketua MPR. Hidayat Nur Wahid sebagai 
Calon Paket B (Koalisi Kerakyatan) ini terpilih menjadi Ketua MPR RI 
2004-2009 dengan meraih 326 suara, unggul dua suara dari Sucipto Calon 
Paket A (Koalisi Kebangsaan) yang meraih 324 suara, dan 3 suara abstain 
serta 10 suara tidak sah. Pemilihan berlangsung demokratis dalam Sidang 
Paripurna V MPR di Gedung MPR, Senayan, Jakarta 6 Oktober 2004. Setelah 
terpilih menjadi Ketua MPR, dia pun mengundurkan diri dari jabatan Ketua
 Umum DPP PKS, 11 Oktober 2004. Majelis Surya DPP PKS memilih Tifatul 
Sembiring menggantikannya sampai akhir periode (2001-2005).
Saat
 ini Hidayat Nur Wahid diusung oleh PKS untuk maju dalam Pilgub DKI 
Jakarta bersama dengan Prof. Didik J Rachbini sebagai Wakilnya.
Biodata Prof. Didik J Rachbini
Didik
 Junaidi Rachbini adalah bakal calon wakil gubernur DKI Jakarta, 
mendampingi Hidayat Nurwahid yang diusung PKS sebagai calon gubernur DKI
 2012. Kelahiran Pamekasan, Madura, 2 September 1960 ini digandeng PKS 
sebagai profesional, meski Didiek adalah politikus Partai Amanat 
Nasional (PAN). Saat ini dia menjabat sebagai anggota Komisi VI DPR dari
 Fraksi PAN.
Didik
 bernama kecil Ahmad Junaidi, dengan panggilan Didik. Kemudian dalam 
ijazah SD, gurunya menulis nama Didik Junaidi Rachbini. Tidak tertulis 
nama Ahmad, diganti dengan panggilan Didik dan di belakang ditambah nama
 ayahnya, Rachbini.
Dia
 menikmati masa kecil dan remajanya di Pemekasan, Madura dan Jember. 
Selain aktif bermain, dia juga cerdas dan rajin belajar. Sehingga dia 
selalu juara kelas. Ketika di SMP-SMA dia senang matematika. Dia pun 
bercita-cita jadi insinyur teknik sipil atau pertambangan. Namun, 
akhirnya dia tidak memilih jurusan teknik sipil dan  pertambangan itu 
ketika masuk perguruan tinggi. Dia malah kuliah di Institut Pertanian 
Bogor (IPB) dan lulus S1 tahun 1983.
Didik
 kemudian melanjutkan program Studi Pembangunan, di Central Luzon State 
University, Filipina, pada 1988. Dia melanjutkan program S3-nya di 
Universitas yang sama dan lulus pada 1991.
Karirnya
 di kancah politik dimulai setelah Didik menjabat sebagai anggota 
Majelis Pakar Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI). Berkat 
aktivitasnya di ICMI, Didik diangkat menjadi Anggota MPR Utusan Golongan
 pada 1998. Mantan aktivis HMI ini bergabung dengan Partai Amanat 
Nasional mulai 1999 sebagai anggota Majelis Pertimbangan Partai (MPP), 
sebelum menjadi Ketua DPP Partai Amanat Nasional (2000-2005).
Pada
 Pemilu 2004, Didik terpilih menjadi anggota DPR mewakili daerah 
pemilihan Batu dan Malang, Jawa Timur dan kembali terpilih sebagai 
anggota legislatif pada pemilu 2009 dari daerah pemilihan Depok.
Sebelum
 terjun ke politik, Didik adalah akademisi. Dia tercatat sebagai Guru 
Besar Universitas Indonesia (UI), Dosen IPB, dosen Universitas Nasional,
 pernah menjadi Pembantu Rektor I, Universitas Mercu Buana Jakarta, 
pendiri dan pengajar di Universitas Paramadina Mulya, dan dosen Program 
Magister Manajemen UI dan MPKP UI.
Selain
 mengajar di Universitas Indonesia, Prof. Rachbini mengajar di program 
Pasca Sarjana, Universitas Mercu Buana dan Departemen Ilmu Administrasi,
 FISIP UI (pasca sarjana).  Pengalamannya cukup banyak  dalam memimpin 
di lembaga pemerintahan maupun non-pemerintahan, seperti Direktur 
sekaligus pendiri INDEF (Institute for Development of Economics and 
Finance) 1995-2000; Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Mercu Buana 
1995-1997; Wakil Rektor Universitas Mercu Buana 1997-2004; anggota MPR 
RI 1998-1999; Tim Ahli MPR RI untuk Amandemen UUD 1945 bidang ekonomi 
1999-2004; anggota KPPU 2000-2004; Anggota DPR RI 2004-2009; Wakil Ketua
 Yayasan Menara Bhakti (Universitas Mercu Buana) 2005-2010;  Ketua 
Komisi VI DPR RI 2005-2007 bidang Industri, Perdagangan, BUMN dan 
Penanaman Modal, Wakil Ketua Komisi X DPR RI bidang Pendidikan, 
Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga; Ketua Umum Yayasan Paramadina 
(Universitas) 2005-sekarang; Ketua Majelis Wali Amanat IPB 
2007-sekarang; Dewan Penyantun Universitas Pancasila 2008-sekarang; 
Ketua LP3E (Lembaga Pengkajian, Penelitian dan Pengembangan Ekonomi) 
KADIN 2011-sekarang.
Posted by , Published at 22.27 and have
            
0
komentar
 
 
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar